Jumat, 28 Juni 2013

Teori-teori Belajar


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Mengapa seorang guru harus menguasai teori-teori belajar?. Jawabannya yaitu Teori belajar akan sangat membantu guru, supaya memiliki kedewasaan dan kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari muridnya, menggunakan prinsip-prinsip psikologi maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri. Dengan demikian, tujuan mempelajari psikologi belajar adalah: (Mahfud, 1991: 10)
        Untuk membantu para guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya   membimbing murid dalam proses pertumbuhan belajar.
         Agar para guru memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik, sehingga murid bisa bertambah baik dalam cara belajamya.
         Agar para guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan efektif dengan jalan mempelajari, menganalisis tingkah laku murid dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung, guna meningkatkan ke arah yang lebih baik.
Seorang guru dikatakan kompeten bila ia memiliki khasanah cara penyampaian yang kaya, memiliki pula kriteria yang dapat dipergunakan untuk memilih cara-cara yang tepat di dalam menyajikan pengalaman belajar mengajar, sesuai dengan materi yang akan disampaiakan. Kesemuanya itu hanya akan diperoleh jika guru menguasai teori-teori belajar.
B.     Rumusan Belajar
1.      Kemukakan tentang teori-teori Belajar ?
2.      Apa yang dimaksud teori belajar secara tradisional?
3.      Apa yang dimaksud teori belajar secara modern atau kontemporer?
4.      Dan bagaimana bentuk kemahiran belajar?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui tentang apa teori-teori belajar
2.      Dapat mengetahui tentang teori belajar yang tradisional
3.      Dapat mengetahui tentang teori belajar yang modern/ kontemporer
4.      Dapat mengetahui kemahiran belajar
BAB II
PEMBAHASAN
Keinginan untuk memahami hakikat belajar dengan segala problematikannya sudah sejak dulu menjadi obsesi bagi kalangan ahli psikologi.Sebagai bagian dari upaya untuk mengungkapkan seluk belajar tersebut, lahirnya sejumlah teori belajar dimulai dari pandangan yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang bersifat spekulatif sampai kepada teori-teori belajar yang tertumpu pada hasil-hasil penelitian atau eksperimen yang dilakuakan secara sistematik sesuai prosedur ilmiah.
A.    TEORI-TEORI BELAJAR
1.      Teori belajar Behaviorisme/Behavoristik (Tradisional)
Behaviorisme lebih memfokuskan kajiannya pada hubungan antara stimulasi dan respons yang dapat diukur atau perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulasi dan respon . Terdapat sejumlah teori belajar yang menganut pandangan behaviorisme, diantaranya ialah : teori classical conditioning (Ivan Petrovitch Pavlov), teori konnektionisme (Edward Lee Thorndike), teori Behaviorisme (John B. Watson), teori kontiguity (Edward Ray Guthrie), dan teori operant conditioning (Burrhus Frederic Skinner) dan teori Clark Hull.
-          Deskripsi singkat dari teori-teori belajar yang berpandangan behaviorisme tentang belajar yaitu:
·         Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan perkataan lain seseorang dianggap telah belajar bila ia mampu menunjjukan perubahan tingkah laku.
·         Yang terpenting menurut teori ini yaitu masukan/input yang berupa stimulasi dan keluaran/output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulasi dan respon itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak dapat diamati. Yang dapat diamati hanyalah stimulasi dan respon.


-          Teori belajar menurut yang menganut teori belajar behavoristik/behavorisme.
1.      Teori belajar menurutEdward Lee Thorndike
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsan terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitureaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/ tindakan.Maka teori ini belajar itu perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar yang berujud kongkrit dan tidak kongkrit.
2.      Teori belajar menurut John B. Watson
Belajar adalah proses interaksi antara stimulasi dan respon, namun stimulasi dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Watson mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap hal-hal tersebut sebagai factor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
3.      Teori belajar Clark Hull
Belajar adalah proses interaksi antara stimulasi dan respon. Dan teori ini lebih menjurus pada teori evolusi milik Charles Darwin.  Kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulasi dan belajarpun hamper selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
4.      Teori belajar menurut Edward Ray Guthrie
Belajar adalah proses interaksi antara stimulasi dan respon. Tapi menurut Edward Ray Guthrie bahwa stimulasi dan respon hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulasi agar hubungan antara stimulasi dan  respon bersifat lebih tetap, dan respon yang muncul agar sifatnya lebih kuat dan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulasi yang berhubungan dengan respon tersebut.
5.      Teori belajar menurut Burrhus Frederic Skinner.
Belajar adalah hubungan antara stimulasi dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku.
-          Teori ini juga menggunakan prinsip belajar, diantaranya ialah:
·         Reinforcement (Penguatan)
·         Latihan /Pengulangan
·         Pengaktivan Siswa
-          Adapun kritik terhadap teori belajar ini yaitu,:
·         Teori belajar ini dinilai terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar dapat diamati dan diukur. Paling tidak dalam waktu seketika.
·         Teori ini dikritik karena tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks.
2.      Teori Belajar Kognitif
Berbeda dengan pandangan behaviorisme yang lebih eksternal, orientasi pandangan dari teori ini lebih bersifat internal (sentral) dalam arti mempersoalkan proses dan fungsi kognitif manusia dalam proses belajar. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melihat hubungan antara stimulasi dan respon, melainkan melibatkan proses berfikir yang kompleks. Terdapat sejumlah teori belajar yang digolongkan sebagai teori kognitif, diantaranya ialah teori kognitif (Bruner), teori belajar bermakna (Ausubel), teori medan (Kurt Lewin), teori Purposif (Tolman), teori belajar kognitif perkembangan Piaget, dan teori pemrosesan informasi.Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh presepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.Belajar merupakan perubahan presepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.


-          Deskripsi singkat teori belajar yang berpandangan kognitif adalah:
·         Belajar pada hakikatnya adalah perubahan presepsi dan pemahaman. Perubahan presepsi dan pemahan tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati.
·         Asumsi dasar teori ini yaitu bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan itu tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan terjadi bila materi pelajaran yang berasmilasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.
-          Teori belajar menurut yang menganut teori belajar kognitif
1.      Teori belajar kognitif perkembangan Piaget
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia, yaitu :
1)Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2) Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
3) Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
4) Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan.
2.      Teori belajar menurut Bruner
Dimana perkembangan kognitif seseorang adalah sebagai berikut :
·         Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
·         Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan system penyimpanan informasi secara realis.
·         Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambing tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
·         Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru, atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
·         Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
·         Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.

Pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.
1)      Model Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata.
2)      Model Tahap Ikonik
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif.
     3)      Model Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbul-simbul atau lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.
3.      Teori belajar bermakna menurut Ausubel
Teori belajar selama ini masih banyak menekankan pada belajar menghafal.Belajar seharusnya merupakan asmilasi yang bermakna bagi siswa.Materi yang dipelajari diasmilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual.Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar,1988 :142)
Menurut Ausubel, Novak,dan Hanesian ada dua jenis belajar:
               1) Belajar bermakna (meaningful learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur penertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya.
                   2) Belajar menghafal (rote learning)
Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya.
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
Langkah – langkah belajar bermakna Ausubel adalah :
1)  Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.

2) Diferensiasi Progregsif
Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep- konsep. Caranya unsur yang inklusif diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru lebih mendetail.

-          Beberapa kritikan tentang teori ini yaitu,
·         Pandangan teori ini dinilai lebih dekat kepada psikologi dari pada keteori belajar, sehingga aplikasinya dalam proses belajar-mengajar tidaklah muda.
·         Teori ini dianggap sukar dipraktekan secara murni sebab seringkali kita tidak begitu memahami strukrur kognitif yang ada dalam benak pembelajar, apalagi memilih-milih struktur kognitif tersebut menjadi bagian-bagian yang diskrit.
3.      Teori Interaktionis/Konstruktivistik
Pandangan teori interaktionis bertumpu pada suatu asumsi bahwa tingkah laku, proses-proses mental, dan lingkungan berhubungan satu sama lain secara timbal balik sesuai dengan namanya, teori ini mencoba mengawinkan prinsip belajar teori behaviorisme dan teori kognitif.Terdapat beberapa teori belajar yang dikategorikan berpandangan interaktionis, diantaranya ialah teori perkembangan (Piaget), teori belajar (Gagne), teori Belajar Sosial (Albert Bandura).
Teori belajar kontemporer adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme.Pembelajaran berfungsi membekali kemampuan siswa mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam belajar.Sesuai dengan prinsip belajar teori konstruktivisme, maka dalam pembelajarannya nampak ada pergeseran fungsi guru dan buku sumber sebagai sumber informasi. Guru lebih berfungsi membekali kemampuan siswa dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan.
Contoh teori belajar kontemporer :
1. Operant Conditioning dari B.F. Skinner
2. Conditions of Learningdari Robert Gagne
3. Information Processing
4. Cognitive Development dari Jean Piaget
5. Social Learning dari Albert Bandura
6. Attribution dari Bernard Weiner.
            - Pandangan menurut teori ini, yaitu :
      1. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne
            Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu
1)  Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara.
2)   Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya.
3)  Fase storage /retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
4) Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu
 (5) Fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar
 (6) Fase generalisasi adalah  fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
 (7) Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar.
 (8)  Fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement)
-          Deskripsi singkat dari teori interaktionis yaitu:
·         Di dalam belajar yang terpenting adalah kemampuan seseorang mengabstraksi informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku-perilaku yang akan ditiru, dan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang dipilih.
·         Hubungan antar pribadi antara anak dengan orang dewasa menyebabkan anak meniru dan menyerap perilaku-perilaku social, melalui interaksi social, anak melakukan identifikasi terhadap orang tuannya, anggota keluarga yang lain bahkan dengan setiap orang dengan mana anak bergaul.
·         Proses pembentukan tingkah laku ditentukan oleh interaksi antara tiga komponen (Unsur), yaitu tingkah laku, lingkungan dan factor pribadi.












B.     Perbedaan Karakteristik antara pembelajaran tradisional atau behavioristic dan pembelajaran konstruvistik adalah sebagai berikut:
           
Pembelajaran Tradisional/behavioristic
Pembelajaran Konstruktivistik
1.      Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar.
1.      Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian, dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas.
2.      Pembelajaran sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan.
2.      Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa.
3.      Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja.
3.      Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan.
4.      Siswa –siswa dipandang sebagai “Kertas Kosong” yang dapat digoresi informasi oleh guru, dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara diaktik dalam menyampaikan informasi kepada siswa.
4.      Siswa dipandang sebagai pemikir-pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.
5.      Penilaian hasil belajar atau pengetahuan siswa dipandang sebagai bagian dari pembelajaran, dan biasanya dilakukan pada akhir pelajaran dengan cara testing
5 Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan.
6.      Siswa-siswa biasanya bekerja sendiri-sendiri, tanpa ada goup process dalam belajar.
6        Siswa-siswa banyak belajar dan bekerja didalam group process


DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta.

1 komentar: